Sosiologi : Gejala Sosial

A. Definisi Gejala Sosial
Gejala sosial merupakan suatu gejala yang tidak dapat berjalan seperti yang dikehendaki, sehingga menyebabkan kekecewaan di kalangan masyarakat.

B. Faktor Penyebab Gejala Sosial
Adapun faktor-faktor pendorong munculnya gejala sosial di masyarakat, antara lain :
1. Faktor kultural, merupakan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat.
2. Faktor struktural, merupakan pola-pola hubungan anatara individu dan kelompok yang terjalin di lingkungan masyarakat.

C. Macam-Macam Gejala Sosial
Macam-macam gejala sosial yan ada di masyarakat, antara lain :
1. Ekonomis (misal : kemiskinan, penganguran, kesenjangan sosial, dsb).
2. Lingkungan Alam (misal : penyakit menular, keracunan makanan).
3. Psikologis (misal : gangguan pada syaraf).
4. Kebudayaan (misal : kenakalan remaja, meniru budaya Barat, dsb).

D. Contoh Gejala Sosial
Beberapa contoh gejala sosial yang ada di masyarakat, antara lain :
1. Kemiskinan, Menurut Soekanto kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai taraf kehidupan kelompok, serta tidak dapat memanfaatkan tenaga yang dimiliki.
2. Penyimpangan seksual, merupakan penyimpangan orientasi seksual yang berbeda dengan masyarakat umum.
3. Kriminalitas, merupakan perilaku menyimpang yang merugikan orang lain. Oleh karena itu, dalam masyarakat kriminal menjadi gejala sosial yang tidak diaharapkan masyarakat.
4. Perdagangan sosial, merupakan transaksi yang menjadikan manusia sebagai objek jual beli, biasanya diawali dengan penculikan, penipuan dan pemaksaan.
5. Kenakalan remaja.
6. Pengangguran.
Pengangguran terbagi menjadi pengangguran terbuka, pengangguran tersembunyi, pengangguran musiman dan setengah menganggur.
Pengangguran terbuka adalah orang pada usia kerja yang tidak memiliki pekerjaan. Pengangguran tersembunyi adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan karena memiliki aktivitas tertentu yang tidak menghasilkan uang, misalnya anak yang masih sekolah. Pengangguran musiman adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan pada waktu teretntu, misalnya buruh musiman pabrik. Adadapun setengah menganggur merupakan orang yang memiliki pekerjaan paruh waktu.

E. Dampak Gejala Sosial
Dampak dari gejala sosial ada terbagi dua; dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif, antara lain :
1. Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi dan bekerja keras agar dapat naik kestrata atas.
Contoh : Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.
Dampak negatif:
1. Adanya disentegrasi sosial dalam masyarakat yang mengalami disfungsi.
2. Munculnya polarisasi sosial dimana masing-masing komponen dalam komonitas saling terpisah satu sama lain.
3. Munculnya perubahan sosial di masyarakat, baik menyangkut sistem, struktur maupun kultur.
4. Dapat terjadi konflik sosial di lingkungan masyarakat.

F. Cara Mengatasi Gejala Sosial
Adapun cara mengatasi gejala sosial yang terjadi di lingkungan sekitar, antara lain:
1. Adanya komunikasi yang baik anatara anak dengan orangtua.
2. Orang tua/keluarga agar lebih memperhatikan anaknya agar tidak melakukan perilaku yang menyimpang yang dapat menyebabkan munculnya gejala sosial di masyarakat.

1 comments:

Sejarah Peminatan : Masa Paleolithikum

Zaman paleotikum atau disebut juga dengan zaman batu tua.(Bahasa Inggris: Paleolithic atau Palaeolithic, Yunani:παλαιός (palaios) — purba dan λίθος (lithos) — batu) adalah zaman prasejarah yang bermula kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM.

Bukti dari keberadaan zaman ini adalah dengan ditemukannya fosil – fosil manusia purba yang diperkirakan berusia lebih dari 1 juta tahun yang lalu, seperti Homo Wajakensis, Meganthropus paleojavanicus, Homo Erectus dan Homo Soliensis. Selain itu, ditemukan pula kapak genggam yang terbuat dari batu. Zaman paleolitikum sendiri terbagi menjadi tiga periode, yaitu:

1. Zaman paleolitikum tua

Periode ini merupakan periode pertama kali manusia berkembang ke arah yang lebih berbudaya. Pada masa ini muncul peralatan dari batu yang dibuat dengan sistem benturan, yaitu dengan membenturkannya pada batu lain yang lebih keras. Tradisi pembuatan alat – alat ini disebut dengan tradisi peralatan Oldowan.

2. Zaman paleolitikum madya

Pada periode ini manusi purba diperkirakan telah memiliki kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannnya artefak – artefak di Situs Mousterian yang mengungkapkan adanya pemujaan pada binatang pada waktu itu.

3. Zaman paleolitikum muda

Pada periode ini manusi purba sedikit lebih berkembang. Merek mulai menemukan peralatan – peralatan berburu seperti panah, tombak, dan pisau batu yang menyempurnakan teknik berburu mereka. Pada masa ini, banyak sekali kebudayaan yang muncul karena penyebaran manusia yang telah luas hingga ke pelosok bumi.

CIRI – CIRI ZAMAN PALEOLITIKUM

Zaman paleolitikum memiliki ciri – ciri sebagai berikut ini

1. Hidupnya nomaden atau selalu berpindah-pindah tempat.
2. Hidup dalam kelompok-kelompok kecil agar memudahkan mereka bergerak dalam mencari makanan.
3. Hidupnya sangat tergantung pada alam sekitar mereka.
4. Masih menggunakan alat-alat yang sangat sederhana untuk mendukung kegiatan mereka mencari makan. Alat yang dibuat masih dalam bentuk yang sangat kasar, contohnya kapak genggam yang berfungsi untuk memotong, menggali dan menguliti binatang.
5. Masih menggunakan bahasa yang sederhana untuk berkomunikasi.

Manusia purba yang tinggal pada masa paleolitikum adalah manusia jenis Pithecanthropus Erectus, manusia yang berjalan tegak. Mereka hidup secara berkelompok dan menggunkan alat – alat yang terbuat dari batu kasar. Untuk memenuhi kebutuhah hidupnya mereka mencari makanan dengan cara berburu dan mengolah makanan yang masih sangat sederhana.

Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba yang hidup pada zaman ini adalah Pithecanthropus Erectus, Meganthropus paleojavanicus, Homo Wajakensis, dan Homo Soliensis. Fosil – fosil ini ditemukan di aliran sungai Bengawan Solo.

Pada masa itu, manusia purba belum menetap di suatu tempat. Mereka berpindah – pindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya (nomaden).

KEBUDAYAAN ZAMAN PALEOLITIKUM

Berdasarkan penemuan – penemuan oleh para ahli, zaman paleolitikum menghasilkan dua macam kebudayaan di Indonesia, yaitu kebudayaan kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong.

1. Kebudayaan Pacitan

Kebudayaan pacitan ditandai dengan penemuan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan pada tahun 1935 oleh Von Koenigswald. Kapak – kapak tersebut merupakan kapak – kapak yang dikerjakan dengan cara kasar yang disebut dengan kapak penetak. Selain di Pacitan, di Gombang dan Progo (Jawa Tengah), Suka Bumi, dan Lahat juga banyak ditemukan alat-alat seperti itu.

2. Kebudayaan Ngandong

Kebudayaan Ngandong ditandai dengan ditemukannya alat-alat dari tulang, alat penusuk dari tanduk rusa, flakes dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo.

Selain itu, ditemukan pula alat yang sangat kecil dari batu – batuan yang sangat indah di dekat Sangiran. Benda ini disebut dengan Serbih Pilah. Keberadaan kebudayaan Ngandong ini didukung juga oleh penemuan yang berupa lukisan pada dinding – dinding goa yang berupa lukisan tapak tangan berwarna merah dan juga lukisan babi hutan yang ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan).

ALAT-ALAT ZAMAN PALEOLITHIKUM

Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah:

1. Kapak Genggam

 
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat penetak/pemotong)

Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengancara menggenggam. Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.

2. Kapak Perimbas


Kapak perimbas berpungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan pacitan.

3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa

Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan.

4. Flakes


Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.

0 comments:

Sejarah Peminatan : Masa Mesolithikum


Ciri zaman mesolithikum:

1. Masih dilakukannya kegiatan mengumpulkan makanan oleh masyarakat pada zaman ini
2. Sudah memiliki tempat tinggal (semi sedenter)
3. Sudah mempunyai kemampuan bercocok tanam secara sederhana
4. Kebanyakan bertempat tinggal di tepi pantai dan goa-goa


MANUSIA YANG MENDUKUNG PADA ZAMAN MESOLITHIKUM

Manusia purba di zaman ini memiliki kecerdasan yang lebih dari zaman sebelumnya. Manusia purba yang hidup di zaman ini adalah jenis Homo Sapiens. Sedangkan manusia pendukung Mesolithikum adalah Papua Melanosoide.

Masa ini memiliki bagian penting yang dapat diidentifikasi sebagai berikut

1. Kjokkenmonddinger (sampah dapur)


Suatu corak istimewa dari mesolitikum dengan adanya peninggalan yang disebut dalam bahasa Denmark kjokkenmonddinger (kjokken= dapur, moding= sampah) ditemukan di sepanjang pantai Sumatera Timur laut, diantara langsa, Aceh, Medan beberapa puluh kilometer dari laut tetapi dahulunya di tepi pantai. Tumpukan yang pada awalnya dikira lapisan bumi, adalah tumpukan sisa-sisa kulit kerang. Yand dahulu digunakan sebagai alat tiup, alat minum, gayung air dan juga sebagai perhiasan. Kulit tersebut didapatkan dari sisa makanan, bekas tersebut menunjukkan adanya penduduk pantai yang tinggal dalam rumah-rumah bertonggok. Makannanya terutama dari siput dan kerang, siput itu dipatahkan ujungnya, kemudian dihisap isinya dari bagian kepalanya. Sisa-sisa makanan tersebut berupa rumah siput dan kulit kerang hingga membentuk dibuang pada suatu tempat sehingga membentuk ketinggian. Selama ratusan sampai ribuan tahun kemudian timbunan itu bereaksi secara kimiawi dan menjadi bukit kerang. Inilah yang disebut sampah dapur.

2. Pebble (kapak genggam)


Kapak genggam yang ditemukan didalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebbleatau kapak genggam sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya di sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal dari batu kali yang dipecah-pecah dengan rincian sisi luar yang halus sedangkan didalamnya dikerjakan sesuai kebutuhan.

3. Kapak Pendek (Hachecourt)



Selain pebble ditemukan sejeni s kapak tetapi bentuknya pendek dalam kurung setengah lingkaran yang disebut dengan kapak pendek. Kapak ini dibentuk dengan cara dipukul dan dipecahkan dan letak ketajamannya hanya terdapat pada ujung yang melingkar.

4. Pipisan


Pipisan ini berguna untuk menggiling makanan tetapi juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah untuk melakukan upacara adat.

5. Bone Culture


Ditemukan di daerah Wonosari, Gunung Kidul. Tulang ini berupa lancipan atau jarum, baik yang berujung tunggal atau ganda, serta spatula dari tulang dan tanduk. Persebaran artefak ini di wilayah Jawa Tengah, yaitu situs Ngandong dan Siderejo. Selain itu, ditemukan di Gua Lawa di Sampung daerah Ponorogo, Madiun, Jawa Timur.

6. Tradisi serpih bilah berkembang di beberapa daerah Asia Tenggara terutama di Indonesia. Teknik pembuatan alat ini tampak lebih maju dalam berbagai corak untuk bermacam kegunaan. Kadang-kadang bentuknya kecil dengan teknik pengerjaan yang rumit. Batu yang dipakai untuk alat tersebut di antaranya kalsedon, batu gamping, dan andesit.

7. Abris Sous Roche


Adalah gua-gua yang dijadikan tempat tinggal manusia purba dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Salah satunya ditemukan di Sulawesi Selatan, suku yang mendiami yaitu suku Toala.

Oleh :

1. Azzahra N N (07)
2. Bima Aji K (08)
3. Bulqissawa Bias L (09)
4. Chandraka R K (10)
5. Dea Novianingrum (11)
6. Enggar Puspitarini (12)

0 comments:

ANALISIS KEHIDUPAN MANUSIA
“MASA MEGALITIKUM”
(ZAMAN BATU BESAR)

            Megalitikum berasal dari kata “Mega” yang berarti besar, dan “Lithos” yang berarti batu. Secara umum zaman ini dikenal sebagai zaman batu besar, mengapa demikian? Pada zaman ini manusia sudah memiliki kemampuan untuk membuat peralatan dan meningkatkan kebudayaan dari batu – batu besar.
            Menurut seorang ahli yakni Von Heine Geldern, beliau menyatakan bahwa zaman batu tua yang ada di Indonesia menyebar dan masuk melalui 2 gelombang, yakni :
  1. Megalith Tua, gelombang ini terjadi sekitar tahun (2500 – 1500 SM) dan termasuk pada zaman Neolitikum, gelombang ini membawa kebudayaan pendukung Proto Melayu (Kapak Persegi). Contoh hasil kebudayaan yang dibawa pada megalith tua yakni peti kubur batu, punden berundak, dan area-area statis.
  2. Megalith Muda, zaman ini membawa kebudayaan Dongson (Deutro Melayu), gelombang kedua ini diperkirakan masuk pada zaman perunggu yakni (1000 – 100 SM). Contoh bangunan yang dihasilkan pada zaman ini seperti dolmen, waruga, sarkofagus, arca-arca dinamis.
Berdasarkan pernyataan di atas kelompok kami menyimpulkan bahwasanya kebudayaan yang ada pada masa Megalitikum biasanya dikerjakan secara kasar, hal ini dikarenakan masyarakat pada zaman tersebut hanya berusaha untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan saja.
Pada zaman ini manusia telah mampu melakukan banyak kegiatan yang menyangkut kehidupannya. Mereka sudah memiliki kemampuan aktivitas seperti berburu, mengumpulkan makanan, dan bercocok tanam. Manusia pada zaman ini juga sudah mengenal adanya kepercayaan, dimana mereka mempercayai adanya roh-roh nenek moyang dan kekuatan mistik disuatu tempat (Animisme), dan mempercayai bahwa suatu benda memiliki kekuatan ghaib (Dinamisme).
Banyak terjadi perbedaan pendapat tentang kapan masa megalitikum mulai berkembang. Menurut sumber yang kami dapatkan, bahwa masa Megalitikum ini mulai muncul di akhir zaman Neolitikum. Namun, kebudayaan ini mulai berkembang pada zaman Perunggu. Dan kemungkinan saja bangsa deutro melayu melayu migrasi ke Indonesia sambil membawa kebudayaan dongson. Salah satu keturunannya adalah jawa, bali, bugis, maupun Madura.
Kepercayaan di zaman Megalitikum sudah mengalami perkembangan yang pesat, yang dahulu manusia hanya mengenal penguburan, sekarang sudah mulai mengenal cara penghormatan terhadap orang yang meninggal dan upacara-upacara saat meninggal.

            Berikut merupakan hasil kebudayaan dari zaman Megalitikum :
  1. Menhir adalah sebuah batu tunggal yang berasal dari periode Neolitikum (6000-4000 SM – 2000 SM), menhir juga dikenal sebagai tugu batu yang memiliki makna atau simbol yakni kesuburan untuk bumi.
  2. Dolmen adalah meja batu yang dipergunakan masyarakat unntuk meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang, kebudayaan ini masih ada di Bali, Lampung, dan Telagamukmin.
  3. Sarkofagus atau keranda yang terbuat dari batu.sarkofagus biasanya dibuat dari batu utuh yang bentuknya menyerupai lesung dan atasnya diberi  tutup. Menurut masyarakat Bali sarkofagus memiliki kekuatan magis/ghaib.Secara umum fungsi dari sarkofagus adalah tempat meletakkan jenazah. Menurut, Von Heine Geldern sarkofagus masuk ke Indonesia pada gelombang kedua.
  4. Punden Berundak merupakan bangunan tetapi merupakan pengubahan bentang lahan atau undak – undakan yang memotong lereng bukit, seperti tangga raksasa. Adapun fungsi dari punden berundak yakni sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
  5. Waruga yakni kubur atau makam leluhur orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua bagian dan tengahnya terdapat sebuah ruang.



Composer By:
  1. Muhammad Ezar Abista                      (19)
  2. Nastiti Ajeng Priswari                         (20)
  3. None Akhsa Amarawati                     (21)
  4. Pertiwi Oktavia Setyaningtyas             (22)
  5. Rizky Murdiana                                  (23)
  6. Satryo Sasono                                    (24)

Juru Ketik :

  1. Satryo Sasono                                     (24)

0 comments:

Logo SMA N 1 Boyolali

Logo SMA N 1 Boyolali

1 comments: