Sejarah Peminatan : Masa Mesolithikum


Ciri zaman mesolithikum:

1. Masih dilakukannya kegiatan mengumpulkan makanan oleh masyarakat pada zaman ini
2. Sudah memiliki tempat tinggal (semi sedenter)
3. Sudah mempunyai kemampuan bercocok tanam secara sederhana
4. Kebanyakan bertempat tinggal di tepi pantai dan goa-goa


MANUSIA YANG MENDUKUNG PADA ZAMAN MESOLITHIKUM

Manusia purba di zaman ini memiliki kecerdasan yang lebih dari zaman sebelumnya. Manusia purba yang hidup di zaman ini adalah jenis Homo Sapiens. Sedangkan manusia pendukung Mesolithikum adalah Papua Melanosoide.

Masa ini memiliki bagian penting yang dapat diidentifikasi sebagai berikut

1. Kjokkenmonddinger (sampah dapur)


Suatu corak istimewa dari mesolitikum dengan adanya peninggalan yang disebut dalam bahasa Denmark kjokkenmonddinger (kjokken= dapur, moding= sampah) ditemukan di sepanjang pantai Sumatera Timur laut, diantara langsa, Aceh, Medan beberapa puluh kilometer dari laut tetapi dahulunya di tepi pantai. Tumpukan yang pada awalnya dikira lapisan bumi, adalah tumpukan sisa-sisa kulit kerang. Yand dahulu digunakan sebagai alat tiup, alat minum, gayung air dan juga sebagai perhiasan. Kulit tersebut didapatkan dari sisa makanan, bekas tersebut menunjukkan adanya penduduk pantai yang tinggal dalam rumah-rumah bertonggok. Makannanya terutama dari siput dan kerang, siput itu dipatahkan ujungnya, kemudian dihisap isinya dari bagian kepalanya. Sisa-sisa makanan tersebut berupa rumah siput dan kulit kerang hingga membentuk dibuang pada suatu tempat sehingga membentuk ketinggian. Selama ratusan sampai ribuan tahun kemudian timbunan itu bereaksi secara kimiawi dan menjadi bukit kerang. Inilah yang disebut sampah dapur.

2. Pebble (kapak genggam)


Kapak genggam yang ditemukan didalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebbleatau kapak genggam sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya di sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal dari batu kali yang dipecah-pecah dengan rincian sisi luar yang halus sedangkan didalamnya dikerjakan sesuai kebutuhan.

3. Kapak Pendek (Hachecourt)



Selain pebble ditemukan sejeni s kapak tetapi bentuknya pendek dalam kurung setengah lingkaran yang disebut dengan kapak pendek. Kapak ini dibentuk dengan cara dipukul dan dipecahkan dan letak ketajamannya hanya terdapat pada ujung yang melingkar.

4. Pipisan


Pipisan ini berguna untuk menggiling makanan tetapi juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah untuk melakukan upacara adat.

5. Bone Culture


Ditemukan di daerah Wonosari, Gunung Kidul. Tulang ini berupa lancipan atau jarum, baik yang berujung tunggal atau ganda, serta spatula dari tulang dan tanduk. Persebaran artefak ini di wilayah Jawa Tengah, yaitu situs Ngandong dan Siderejo. Selain itu, ditemukan di Gua Lawa di Sampung daerah Ponorogo, Madiun, Jawa Timur.

6. Tradisi serpih bilah berkembang di beberapa daerah Asia Tenggara terutama di Indonesia. Teknik pembuatan alat ini tampak lebih maju dalam berbagai corak untuk bermacam kegunaan. Kadang-kadang bentuknya kecil dengan teknik pengerjaan yang rumit. Batu yang dipakai untuk alat tersebut di antaranya kalsedon, batu gamping, dan andesit.

7. Abris Sous Roche


Adalah gua-gua yang dijadikan tempat tinggal manusia purba dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Salah satunya ditemukan di Sulawesi Selatan, suku yang mendiami yaitu suku Toala.

Oleh :

1. Azzahra N N (07)
2. Bima Aji K (08)
3. Bulqissawa Bias L (09)
4. Chandraka R K (10)
5. Dea Novianingrum (11)
6. Enggar Puspitarini (12)

0 comments: