Recent Posts

Sosiologi : Gejala Sosial

A. Definisi Gejala Sosial
Gejala sosial merupakan suatu gejala yang tidak dapat berjalan seperti yang dikehendaki, sehingga menyebabkan kekecewaan di kalangan masyarakat.

B. Faktor Penyebab Gejala Sosial
Adapun faktor-faktor pendorong munculnya gejala sosial di masyarakat, antara lain :
1. Faktor kultural, merupakan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat.
2. Faktor struktural, merupakan pola-pola hubungan anatara individu dan kelompok yang terjalin di lingkungan masyarakat.

C. Macam-Macam Gejala Sosial
Macam-macam gejala sosial yan ada di masyarakat, antara lain :
1. Ekonomis (misal : kemiskinan, penganguran, kesenjangan sosial, dsb).
2. Lingkungan Alam (misal : penyakit menular, keracunan makanan).
3. Psikologis (misal : gangguan pada syaraf).
4. Kebudayaan (misal : kenakalan remaja, meniru budaya Barat, dsb).

D. Contoh Gejala Sosial
Beberapa contoh gejala sosial yang ada di masyarakat, antara lain :
1. Kemiskinan, Menurut Soekanto kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai taraf kehidupan kelompok, serta tidak dapat memanfaatkan tenaga yang dimiliki.
2. Penyimpangan seksual, merupakan penyimpangan orientasi seksual yang berbeda dengan masyarakat umum.
3. Kriminalitas, merupakan perilaku menyimpang yang merugikan orang lain. Oleh karena itu, dalam masyarakat kriminal menjadi gejala sosial yang tidak diaharapkan masyarakat.
4. Perdagangan sosial, merupakan transaksi yang menjadikan manusia sebagai objek jual beli, biasanya diawali dengan penculikan, penipuan dan pemaksaan.
5. Kenakalan remaja.
6. Pengangguran.
Pengangguran terbagi menjadi pengangguran terbuka, pengangguran tersembunyi, pengangguran musiman dan setengah menganggur.
Pengangguran terbuka adalah orang pada usia kerja yang tidak memiliki pekerjaan. Pengangguran tersembunyi adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan karena memiliki aktivitas tertentu yang tidak menghasilkan uang, misalnya anak yang masih sekolah. Pengangguran musiman adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan pada waktu teretntu, misalnya buruh musiman pabrik. Adadapun setengah menganggur merupakan orang yang memiliki pekerjaan paruh waktu.

E. Dampak Gejala Sosial
Dampak dari gejala sosial ada terbagi dua; dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif, antara lain :
1. Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi dan bekerja keras agar dapat naik kestrata atas.
Contoh : Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.
Dampak negatif:
1. Adanya disentegrasi sosial dalam masyarakat yang mengalami disfungsi.
2. Munculnya polarisasi sosial dimana masing-masing komponen dalam komonitas saling terpisah satu sama lain.
3. Munculnya perubahan sosial di masyarakat, baik menyangkut sistem, struktur maupun kultur.
4. Dapat terjadi konflik sosial di lingkungan masyarakat.

F. Cara Mengatasi Gejala Sosial
Adapun cara mengatasi gejala sosial yang terjadi di lingkungan sekitar, antara lain:
1. Adanya komunikasi yang baik anatara anak dengan orangtua.
2. Orang tua/keluarga agar lebih memperhatikan anaknya agar tidak melakukan perilaku yang menyimpang yang dapat menyebabkan munculnya gejala sosial di masyarakat.

Sejarah Peminatan : Masa Paleolithikum

Zaman paleotikum atau disebut juga dengan zaman batu tua.(Bahasa Inggris: Paleolithic atau Palaeolithic, Yunani:παλαιός (palaios) — purba dan λίθος (lithos) — batu) adalah zaman prasejarah yang bermula kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM.

Bukti dari keberadaan zaman ini adalah dengan ditemukannya fosil – fosil manusia purba yang diperkirakan berusia lebih dari 1 juta tahun yang lalu, seperti Homo Wajakensis, Meganthropus paleojavanicus, Homo Erectus dan Homo Soliensis. Selain itu, ditemukan pula kapak genggam yang terbuat dari batu. Zaman paleolitikum sendiri terbagi menjadi tiga periode, yaitu:

1. Zaman paleolitikum tua

Periode ini merupakan periode pertama kali manusia berkembang ke arah yang lebih berbudaya. Pada masa ini muncul peralatan dari batu yang dibuat dengan sistem benturan, yaitu dengan membenturkannya pada batu lain yang lebih keras. Tradisi pembuatan alat – alat ini disebut dengan tradisi peralatan Oldowan.

2. Zaman paleolitikum madya

Pada periode ini manusi purba diperkirakan telah memiliki kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannnya artefak – artefak di Situs Mousterian yang mengungkapkan adanya pemujaan pada binatang pada waktu itu.

3. Zaman paleolitikum muda

Pada periode ini manusi purba sedikit lebih berkembang. Merek mulai menemukan peralatan – peralatan berburu seperti panah, tombak, dan pisau batu yang menyempurnakan teknik berburu mereka. Pada masa ini, banyak sekali kebudayaan yang muncul karena penyebaran manusia yang telah luas hingga ke pelosok bumi.

CIRI – CIRI ZAMAN PALEOLITIKUM

Zaman paleolitikum memiliki ciri – ciri sebagai berikut ini

1. Hidupnya nomaden atau selalu berpindah-pindah tempat.
2. Hidup dalam kelompok-kelompok kecil agar memudahkan mereka bergerak dalam mencari makanan.
3. Hidupnya sangat tergantung pada alam sekitar mereka.
4. Masih menggunakan alat-alat yang sangat sederhana untuk mendukung kegiatan mereka mencari makan. Alat yang dibuat masih dalam bentuk yang sangat kasar, contohnya kapak genggam yang berfungsi untuk memotong, menggali dan menguliti binatang.
5. Masih menggunakan bahasa yang sederhana untuk berkomunikasi.

Manusia purba yang tinggal pada masa paleolitikum adalah manusia jenis Pithecanthropus Erectus, manusia yang berjalan tegak. Mereka hidup secara berkelompok dan menggunkan alat – alat yang terbuat dari batu kasar. Untuk memenuhi kebutuhah hidupnya mereka mencari makanan dengan cara berburu dan mengolah makanan yang masih sangat sederhana.

Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba yang hidup pada zaman ini adalah Pithecanthropus Erectus, Meganthropus paleojavanicus, Homo Wajakensis, dan Homo Soliensis. Fosil – fosil ini ditemukan di aliran sungai Bengawan Solo.

Pada masa itu, manusia purba belum menetap di suatu tempat. Mereka berpindah – pindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya (nomaden).

KEBUDAYAAN ZAMAN PALEOLITIKUM

Berdasarkan penemuan – penemuan oleh para ahli, zaman paleolitikum menghasilkan dua macam kebudayaan di Indonesia, yaitu kebudayaan kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong.

1. Kebudayaan Pacitan

Kebudayaan pacitan ditandai dengan penemuan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan pada tahun 1935 oleh Von Koenigswald. Kapak – kapak tersebut merupakan kapak – kapak yang dikerjakan dengan cara kasar yang disebut dengan kapak penetak. Selain di Pacitan, di Gombang dan Progo (Jawa Tengah), Suka Bumi, dan Lahat juga banyak ditemukan alat-alat seperti itu.

2. Kebudayaan Ngandong

Kebudayaan Ngandong ditandai dengan ditemukannya alat-alat dari tulang, alat penusuk dari tanduk rusa, flakes dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo.

Selain itu, ditemukan pula alat yang sangat kecil dari batu – batuan yang sangat indah di dekat Sangiran. Benda ini disebut dengan Serbih Pilah. Keberadaan kebudayaan Ngandong ini didukung juga oleh penemuan yang berupa lukisan pada dinding – dinding goa yang berupa lukisan tapak tangan berwarna merah dan juga lukisan babi hutan yang ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan).

ALAT-ALAT ZAMAN PALEOLITHIKUM

Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah:

1. Kapak Genggam

 
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat penetak/pemotong)

Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengancara menggenggam. Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.

2. Kapak Perimbas


Kapak perimbas berpungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan pacitan.

3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa

Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan.

4. Flakes


Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.

Sejarah Peminatan : Masa Mesolithikum


Ciri zaman mesolithikum:

1. Masih dilakukannya kegiatan mengumpulkan makanan oleh masyarakat pada zaman ini
2. Sudah memiliki tempat tinggal (semi sedenter)
3. Sudah mempunyai kemampuan bercocok tanam secara sederhana
4. Kebanyakan bertempat tinggal di tepi pantai dan goa-goa


MANUSIA YANG MENDUKUNG PADA ZAMAN MESOLITHIKUM

Manusia purba di zaman ini memiliki kecerdasan yang lebih dari zaman sebelumnya. Manusia purba yang hidup di zaman ini adalah jenis Homo Sapiens. Sedangkan manusia pendukung Mesolithikum adalah Papua Melanosoide.

Masa ini memiliki bagian penting yang dapat diidentifikasi sebagai berikut

1. Kjokkenmonddinger (sampah dapur)


Suatu corak istimewa dari mesolitikum dengan adanya peninggalan yang disebut dalam bahasa Denmark kjokkenmonddinger (kjokken= dapur, moding= sampah) ditemukan di sepanjang pantai Sumatera Timur laut, diantara langsa, Aceh, Medan beberapa puluh kilometer dari laut tetapi dahulunya di tepi pantai. Tumpukan yang pada awalnya dikira lapisan bumi, adalah tumpukan sisa-sisa kulit kerang. Yand dahulu digunakan sebagai alat tiup, alat minum, gayung air dan juga sebagai perhiasan. Kulit tersebut didapatkan dari sisa makanan, bekas tersebut menunjukkan adanya penduduk pantai yang tinggal dalam rumah-rumah bertonggok. Makannanya terutama dari siput dan kerang, siput itu dipatahkan ujungnya, kemudian dihisap isinya dari bagian kepalanya. Sisa-sisa makanan tersebut berupa rumah siput dan kulit kerang hingga membentuk dibuang pada suatu tempat sehingga membentuk ketinggian. Selama ratusan sampai ribuan tahun kemudian timbunan itu bereaksi secara kimiawi dan menjadi bukit kerang. Inilah yang disebut sampah dapur.

2. Pebble (kapak genggam)


Kapak genggam yang ditemukan didalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebbleatau kapak genggam sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya di sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal dari batu kali yang dipecah-pecah dengan rincian sisi luar yang halus sedangkan didalamnya dikerjakan sesuai kebutuhan.

3. Kapak Pendek (Hachecourt)



Selain pebble ditemukan sejeni s kapak tetapi bentuknya pendek dalam kurung setengah lingkaran yang disebut dengan kapak pendek. Kapak ini dibentuk dengan cara dipukul dan dipecahkan dan letak ketajamannya hanya terdapat pada ujung yang melingkar.

4. Pipisan


Pipisan ini berguna untuk menggiling makanan tetapi juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah untuk melakukan upacara adat.

5. Bone Culture


Ditemukan di daerah Wonosari, Gunung Kidul. Tulang ini berupa lancipan atau jarum, baik yang berujung tunggal atau ganda, serta spatula dari tulang dan tanduk. Persebaran artefak ini di wilayah Jawa Tengah, yaitu situs Ngandong dan Siderejo. Selain itu, ditemukan di Gua Lawa di Sampung daerah Ponorogo, Madiun, Jawa Timur.

6. Tradisi serpih bilah berkembang di beberapa daerah Asia Tenggara terutama di Indonesia. Teknik pembuatan alat ini tampak lebih maju dalam berbagai corak untuk bermacam kegunaan. Kadang-kadang bentuknya kecil dengan teknik pengerjaan yang rumit. Batu yang dipakai untuk alat tersebut di antaranya kalsedon, batu gamping, dan andesit.

7. Abris Sous Roche


Adalah gua-gua yang dijadikan tempat tinggal manusia purba dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Salah satunya ditemukan di Sulawesi Selatan, suku yang mendiami yaitu suku Toala.

Oleh :

1. Azzahra N N (07)
2. Bima Aji K (08)
3. Bulqissawa Bias L (09)
4. Chandraka R K (10)
5. Dea Novianingrum (11)
6. Enggar Puspitarini (12)
ANALISIS KEHIDUPAN MANUSIA
“MASA MEGALITIKUM”
(ZAMAN BATU BESAR)

            Megalitikum berasal dari kata “Mega” yang berarti besar, dan “Lithos” yang berarti batu. Secara umum zaman ini dikenal sebagai zaman batu besar, mengapa demikian? Pada zaman ini manusia sudah memiliki kemampuan untuk membuat peralatan dan meningkatkan kebudayaan dari batu – batu besar.
            Menurut seorang ahli yakni Von Heine Geldern, beliau menyatakan bahwa zaman batu tua yang ada di Indonesia menyebar dan masuk melalui 2 gelombang, yakni :
  1. Megalith Tua, gelombang ini terjadi sekitar tahun (2500 – 1500 SM) dan termasuk pada zaman Neolitikum, gelombang ini membawa kebudayaan pendukung Proto Melayu (Kapak Persegi). Contoh hasil kebudayaan yang dibawa pada megalith tua yakni peti kubur batu, punden berundak, dan area-area statis.
  2. Megalith Muda, zaman ini membawa kebudayaan Dongson (Deutro Melayu), gelombang kedua ini diperkirakan masuk pada zaman perunggu yakni (1000 – 100 SM). Contoh bangunan yang dihasilkan pada zaman ini seperti dolmen, waruga, sarkofagus, arca-arca dinamis.
Berdasarkan pernyataan di atas kelompok kami menyimpulkan bahwasanya kebudayaan yang ada pada masa Megalitikum biasanya dikerjakan secara kasar, hal ini dikarenakan masyarakat pada zaman tersebut hanya berusaha untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan saja.
Pada zaman ini manusia telah mampu melakukan banyak kegiatan yang menyangkut kehidupannya. Mereka sudah memiliki kemampuan aktivitas seperti berburu, mengumpulkan makanan, dan bercocok tanam. Manusia pada zaman ini juga sudah mengenal adanya kepercayaan, dimana mereka mempercayai adanya roh-roh nenek moyang dan kekuatan mistik disuatu tempat (Animisme), dan mempercayai bahwa suatu benda memiliki kekuatan ghaib (Dinamisme).
Banyak terjadi perbedaan pendapat tentang kapan masa megalitikum mulai berkembang. Menurut sumber yang kami dapatkan, bahwa masa Megalitikum ini mulai muncul di akhir zaman Neolitikum. Namun, kebudayaan ini mulai berkembang pada zaman Perunggu. Dan kemungkinan saja bangsa deutro melayu melayu migrasi ke Indonesia sambil membawa kebudayaan dongson. Salah satu keturunannya adalah jawa, bali, bugis, maupun Madura.
Kepercayaan di zaman Megalitikum sudah mengalami perkembangan yang pesat, yang dahulu manusia hanya mengenal penguburan, sekarang sudah mulai mengenal cara penghormatan terhadap orang yang meninggal dan upacara-upacara saat meninggal.

            Berikut merupakan hasil kebudayaan dari zaman Megalitikum :
  1. Menhir adalah sebuah batu tunggal yang berasal dari periode Neolitikum (6000-4000 SM – 2000 SM), menhir juga dikenal sebagai tugu batu yang memiliki makna atau simbol yakni kesuburan untuk bumi.
  2. Dolmen adalah meja batu yang dipergunakan masyarakat unntuk meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang, kebudayaan ini masih ada di Bali, Lampung, dan Telagamukmin.
  3. Sarkofagus atau keranda yang terbuat dari batu.sarkofagus biasanya dibuat dari batu utuh yang bentuknya menyerupai lesung dan atasnya diberi  tutup. Menurut masyarakat Bali sarkofagus memiliki kekuatan magis/ghaib.Secara umum fungsi dari sarkofagus adalah tempat meletakkan jenazah. Menurut, Von Heine Geldern sarkofagus masuk ke Indonesia pada gelombang kedua.
  4. Punden Berundak merupakan bangunan tetapi merupakan pengubahan bentang lahan atau undak – undakan yang memotong lereng bukit, seperti tangga raksasa. Adapun fungsi dari punden berundak yakni sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
  5. Waruga yakni kubur atau makam leluhur orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua bagian dan tengahnya terdapat sebuah ruang.



Composer By:
  1. Muhammad Ezar Abista                      (19)
  2. Nastiti Ajeng Priswari                         (20)
  3. None Akhsa Amarawati                     (21)
  4. Pertiwi Oktavia Setyaningtyas             (22)
  5. Rizky Murdiana                                  (23)
  6. Satryo Sasono                                    (24)

Juru Ketik :

  1. Satryo Sasono                                     (24)

Logo SMA N 1 Boyolali

Logo SMA N 1 Boyolali

Basa Jawa : Bima Bungkus

Sinopsis

     Jejer Ngastina. Duhkitaning Prabu Pandu lan Dewi Kunti jalaran lahire ponang jabang bayi kang awujud bungkus. Tan ana sanjata kang tumawa kanggo mbedah bungkus.
     Anane Si Bungkus ndadekake gegering suralaya. Bumi gonjang ganjing kadya binelah, samodra asat.Ing Suralaya, Batara Guru nimbali Gajahsena, putra sang batara kang awujud gajah, kinen mecah si bungkus saengga dadi sejatining manungsa. Sang Guru ugi angutus Dewi Umayi kinen nggladhi kawruh babagan kautaman marang si bungkus.
     Salajengipun, Gajahsena mbuka bungkus. Pecahing bungkus dados sapatemon kekalihipun, kagyat dados lan perangipun. Binanting sang Gajahsena. Sirna jasad sang gajah. Roh lan daya kekiatanipun manjing jroning angga sang bungkus.
     Rawuhipun Ratu saking Tasikmadu kang nyuwun senjata pitulungan marang Bratasena kinen nyirnakaken raja raseksa aran Kala Dahana, Patih Kala Bantala, Kala Maruta lan Kala Ranu. Pararaseksa sirna. Sekakawan kekiatan saking raseksi wau nyawiji marang Raden Bratasena, inggih punika kekiatan Geni, Lemah, Angin lan Banyu.

Amanat

Sopo sing gelem nglakoni/usaha bakal oleh opo kang dikarepke.

Soal

1. Sinten rama lan ibunipun si bungkus ?
2. Prabu Pandhu raja wonten pundi ?
3. Sinten rayinipun si bungkus ?
4. Awujud punapa raden Bratasena lair ?
5. Kahyanganipun Bathara Guru naminipun punapa ?
6. Wonten pundi pertapanipun Begawan Abiyasa ?
7. Paring busana punapa Dewi Umayi dhumateng si bungkus ?
8. Si bungkus dipunparingi tetenger kaliyan Bathara Narada punapa ?
9. Si bungkus pikantuk wahyu punapa ?
10. Sinten kemawon raja raseksa ingkang dipunsirnakaken Bratasena ?

Wangsulan

1. Ramanipun Pandhu kaliyan ibu Dewi Kunthi.
2. Prabu Pandhu raja Ngastina.
3. Rayinipun si bungkus sesilih Raden Permadi.
4. Lairipun awujud bungkus.
5. Naminipun kahyangan Suralaya.
6. Wonten ing pertapan Wukir Retawu.
7. Dewi Umayi paring busana awujud sumping, gelang, porong, kaliyan kuku pancanaka.
8. Tetengeripun Raden Bratasena.
9. Sinebut wahyu sejati.
10. Raja Kala Dahana, Patih Kala Bantala, Kala Maruta, lan Kala Ranu.

Sejarah Peminatan : Peradaban Awal Manusia Pra-Aksara Di Eropa

Sejarah Eropa dimulai dari sejak manusia pertama menghuni daratan Eropa pada zaman pra-aksara hingga saat ini.

Untuk peradaban di Eropa, manusia mulai masuk ke Eropa pada Zaman Batu Tua (Paleolitikum).
Penerapan sistem pertanian sekitar tahun 7000 SM mengantarkan manusia masuk Zaman Batu Muda (Neolitikum).
Neolitikum di Eropa berlangsung selama 4000 tahun bersamaan dengan tersebarnya budaya penggunaan logam ke seluruh benua.

Kemajuan teknologi selama zaman pra-aksara datang melalui orang-orang Mediterania, yang menyebar secara bertahap ke arah barat laut.
Beberapa peradaban paling terkenal dari Eropa adalah peradaban Minoa dan Mykenai, yang berkembang selama Zaman Perunggu sampai keruntuhan Zaman Perunggu dalam waktu yang singkat sekitar tahun 1200 SM.

Fosil manusia purba yang ditemukan di Eropa diantaranya adalah Homo Neanderthalensis. Nama itu mengandung arti “manusia Neanderthal”.Manusia jenis ini ditemukan oleh Rudolf Virchow. Fosil ini ditemukan di lembah Neader, Jerman pada tahun 1856. Fosil ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

· Tengkorak yang memanjang ke belakang
· Tulang kening yang sangat menonjol
· Dahi yang datar, muka lebar, dan telah memiliki otak yang besar


Selain di Jerman juga ditemukan di Gua Spy Belgia. Di Prancis ditemukan manusia Paranthropus Robustus dan Paranthropus Transvaalensis. Selanjutnya ditemukan manusia purba Australopithecus dan Homo Cro Magnon. dengan ciri-ciri antara lain :

· Kapasitas otak 600cc
· Hidup di lingkungan terbuka
· Memiliki tinggi badan kurang lebih 1,5 meter.

Di Perancis ditemukan fosil manusia purba yang diberi nama Cromagnonensis, Grimaldi, dan Chancelade. Dengan ciri-ciri antara lain :

Ciri-ciri fisiknya sebagai manusia modern, yaitu tengkoraknya tinggi dengan atap dan belakang tengkorak yang bundar
Memiliki volume otak sekitar 1400 cc
Ukuran tubuhnya rata-rata 1,65 meter
Tonjolan tulang kening telah hilang, dahinya vertical, mukanya datar tanpa penonjolan pada bagian mulut.
Ukuran rahang dan giginya sebagai alat pengunyah telah menyusut, serta dagu tampak nyata

Di Inggris ditemukan fosil manusia purba yang diberi nama Piltdow. Umumnya fosil-fosil yang ditemukan berupa kerangka manusia lengkap. Di dekat lokasi penemuan fosil-fosil tersebut ditemukan pula alat-alat dari batu dan tulang. Alat-alat dari batu dan tulang ini merupakan hasil kebudayaannya. Alat-alat tersebut dipergunakan manusia purba ketika masih hidupnya. Peralatan tersebut meliputi alat memancing, berburu, proyektil, serta dan membuat teknologi baru.Hal ini menunjukkan bahwa manusia purbanya telah berkebudayaan.

Pola tempat tinggal manusia purba pada masa itu memperhitungkan tempat yang strategis dengan melihat bahwa huniaanya yang berupa gua (cave) dekat dengan sumber mata air dan bahan makanan dengan prinsip berpindah-pindah dengan berkelompok dalam skala kecil.


Beberapa spekulasi yang diduga berkaitan dengan kepunahannya adalah Neandhertal mati dibunuh oleh manusia modern, atau karena Homo Sapien lebih banyak dan aktif bereproduksi. Spekulasi lainnya adalah tiga kali letusan gunung berapi sekitar 40.000 tahun yang lalu di daerah Italia dan Pegunungan Kaukasus telah menyebabkan kepunahan Neandhertal. (dari berbagai sumber)

Oleh :

1. Bima Aji K (08)
2. Chandraka Rahsa K (10)
3. Dea Novianingrum (11)
4. Intan Salfa Zahira R P (17)
5. Pertiwi Oktavia S (22)
6. Sekar Milagusta (25)
7. Taufiq Ramadhan (27)
8. Widya Wati (28)
9. Widya Sari P (29)

Sejarah Peminatan : Manusia Purba Di Afrika


Manusia Purba Yang Terdapat Di Afrika
Pada tahun 1924 Raymond Dart kelahiran Australia, guru besar anatomi Universitas Witwatersrand di Johannesburg, Afrika Selatan menemukan fosil pecahan tengkorak dan bagian belakang rahang bawah manusia yang digali dari sebuah pertambangan batu gamping di Taung, Tanjung Harapan (Bostwana).
Setelah diteliti secara intensif, akhirnya Dart berhasil menyimpulkan bahwa fosil tersebut adalah kerangka seorang anak yang berusia sekitar 5 - 6 tahun.la menamakan makhluk kecil itu dengan nama Australopithecus Africanus atau kera Afrika Selatan.

Selain Australopithecus Africanus di Afrika Selatan juga ditemukan Australopithecus Robustus. Jenis ini adalah hasil penyelidikan T.T. Robinson dan Robert Broom. Jenis ini satu marga dengan Australopithecus Africanus namun Australopithecus Robustus mempunyai badan lebih besar daripada Australopithecus Africanus.Selain di Afrika Selatan, penyelidikan manusia purba juga dilakukan di Afrika Timur. Seorang ahli bernama Louis Leakey mengadakan penyelidikan di Lembah Olduvia, Tanzania Utara 1931. Hasil temuannya dinamakan Australopithecus Boisei. Selain itu, Louis Leakey menemukan fosil lain yang disebut Homo Hobilis (Tukang). Jenis manusia purba lain juga ditemukan oleh Richard Leakey (anak Louis Leakey) di timur Danau Turnaka, Kenya Utara. Temuan Richard Leakey ini paling lengkap di antara temuan yang pernah didapat di mana saja. Temuan Richard tersebut berbeda dengan Australopithecus Boisei. la menggolongkan makhluk ini sejenis homo.

Berikut adalah jenis dan ciri manusia purba yang terdapat di Afrika:

1. Australipithecus Africanus


Ditemukan oleh Raymond Dart di dekat sebuah pertambangan Taung, Tanjung Harapan (Bostwana),pada tahun 1924. Setelah direkonstruksi ternyata membentuk kerangka seorang anak yang berusia sekitar 5-6 tahun. Fosil ini di beri nama Australopithecus Africanus, karena hampir mirip dengan penduduk asli Australia. Selanjutnya, Robert Broom menemukan fosil serupa yang berupa tengkorak orang dewasa di tempat yang sama.

Ciri-Ciri Australipithecus Africanus yaitu:

• Memiliki tinggi ± 1,5 m
• Volume otak 450-600 cc
• Memiliki tubuh yang ramping
• Australopithecus jantan lebih besar dalam ukuran tubuh 20-40% lebih tinggi, 30-40% lebih berat dari perempuan.
• Umur sekitar 3,0-2,3 juta tahun.
• Makanan yaitu,buah, kacang, biji dan umbi akar
• Hidup di semak-semak di hutan kayu.

2.Homo Rudolfensis


Para peneliti menemukan fosil manusia purba baru di Koobi Fora Afrika Timur danau Rudolf di Kenya, yang diperkirakan berusia 2,4 juta tahun. Antropolog meyakini Homo Rudolfensis pernah tinggal jutaan tahun lalu di dekat Lake Turkana yang kini dikenal dengan Kenya. Pada 1972, peneliti menemukan tengkorak parsial di dekat Lake Turkana.

Peneliti menemukan bahwa fosil ini menunjukkan bentuk wajah yang tidak biasa yaitu berbentuk datar dan panjang. Hal inilah yang membuat para ilmuwan mengkategorikannya sebagai spesies baru yang dinamakan Homo rudolfensis. Homo Rudolfensis memiliki ciri yaitu,

• Memiliki otak yang besar dan Bebadan tegap.

3.Homo Ergaster


Ditemukan oleh Richard Leaky di Afrika timur dan selatan.Homo Ergaster dari bahasa Latin yang berarti "manusia yang pandai"adalah spesies hominin yang telah punah yang hidup di Afrika timur dan selatan antara 1.9 hingga 1.4 juta tahun yang lalu pada era Pleistosen dan pendinginan iklim global. Beberapa paleoantropologi menganggap Homo Ergaster bagian dari jenis Homo Erectus

4. Australopithecus Robustus


Ditemukan oleh J.T Robinson dan Robert Broom di Afrika Selatan,yang memiliki badan tegap.Hidup antara 1,5 juta tahun yang lalu. Tubuhnya mirip dengan Australopithecus Africanus

Ciri-ciri Australopithecus Robustus yaitu,

• Gigi dan tulang rahang lebih kuat,
• Berjalan dengan dua kaki,dan tegak seperti manusia,
• Badan lebih besar dan kekar,
• wajahnya datar tidak memiliki kening,
• memiliki tulang alis yang besar ,
• Volume otak sekitar 525 cc
• Umur sekitar 2,0-1,0 juta tahun,
• Makan makanan yang keras, berpasir seperti kacang dan umbi akar, terkadang makan daging,
• tinggal di hutan kayu.

5.Homo Habilis


Ditemukan oleh Louis Leaky di lembah olduvia,Tanzania Utara dipantai timur Danau Turnaka, Kenya. Homo Habilis dari bahasa Latin yang berarti "manusia yang pandai menggunakan tangannya" adalah sebuah spesies dari genus Homo, yang hidup sekitar 2,5 juta sampai 1,8 juta tahun yang lalu pada masa awal. Homo habilis memiliki tubuh yang pendek dengan lengan yang lebih panjang dari manusia modern. Homo habilis diperkirakan telah mampu menggunakan peralatan primitif yang terbuat dari batu hal ini dibuktikan dengan ditemukannya peralatan-peralatan dari batu di sekitar fosil mereka.

Ciri-ciri Homo Habilis yaitu,

• Umur sekitar 2,3-1,2 juta tahun,
• hidup di hutan kayu terbuka dan sungai,
• memiliki rahang dangeraham yang besar,
• tidak memiliki dagu,
• tulang alis tebal
• memiliki tengkorak yang panjang merendah

6.Australopithecus Boisei


Australopithecus Boisei hidup antara 2,1-1,1 juta tahun yang lalu. Australopithecus Boisei cukup mirip dengan Australopithecus robustus, tetapi wajahnya lebih besar.

Ciri-ciri Australopithecus Boisei yaitu,

• Memiliki geraham yang besar yaitu berukuran 0,9 inci
• Volume otak sekitar 500 cc
• Muka lebar dan datar
• Bentuk kepala ada yang lonjong, bundar, dan sedang
• Berhidung sedang dan memiliki mulut yang menonjol

Sejarah Peminatan : Zaman Perundagian


Zaman perundagian adalah zaman dimana manusia sudah mengenal pengolahan logam. Hasil-hasil kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan logam. Pada masa perundagian, manusia masih juga menggunakan barang-barang yang berasal dari batu. Penggunaan bahan dari logam tidak begitu tersebar luas sebagaimana halnyabahan dari batu. Persediaan logam sangat terbatas.

a. Sistem Kebudayaan Ekonomi

Masyarakat pada masa perundagian diperkirakan sudah menganal pembagian kerja. Dengan demikian, pada masa perundagian sudah terjadi pelapisan social. Ciri kehidupan ekonomi dalam masa perudagian adalah pada masa ini telah terjadi perdagangan dengan cara atau barter dimana perdagangan tersebut dilakukan dengan menggunakan perahu bercadik. Perdagangan tersebut berlangsung di kaasan Asia Tenggara bahkan samapai India. Hal ini terbukti dengan masuknya pengaruh India ke Indonesia. System mata pencaharian sudah mengalami kemajuan. Cara bertani berhuma berubah menjadi bertani dengan bersawah.

b. Sistem Kebudayaan Sosial

Ciri kehidupan social dalam masa perundagian antara lain :

1. Jumlah penduduk semakin bertambah, kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan perternakan semakin maju.
2. Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim.
3. Dengan diterapkan system persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan.
4. Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil untuk melakukan pembuatan benda logam.
5. Dari segi social, kehidupan masyarakat pada zaman ini semakin teratur. Contohnya ada pembagian kerja yang baik.
6. Pembagian kerja semakin kompleks dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar.


Pembagian Kerja

c. Kepercayaan

Ciri kepercayaan dalam masa perundagian :

1. Keberhasilan segala usaha dianggap tergantung pada kekuatan supranatural. Oleh karena itu, setiap usaha harus dimulai dengan upacara khusus untuk mendapat restu dari nenek moyang.
2. Kepercayaan terhadap roh nenek moyang disertai dengan upacara-upacara tertentu. Pada masa ini, golongan ulama memiliki kedudukan yang penting. Sebab, mereka adalah orang yang berhubungan antara dunia dan kekuatan gaib.

d. Teknologi

Ciri teknologi dalam masa perundagian antara lain :

1. Teknologi dapat dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu, terlebih lagi teknologi tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan karena teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut diadopsi dari teknik membuat logam di daratan Tiongkok.
2. Logam digunakan sebab penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien selain itu memiliki nilai artistic yang lebih tinggi jika dibandingkan alat dari batu.
3. Zaman logam disebut juga zaman perundagian dimana masyarakat telah mampu membuat peralatan dengan teknologi sederhana dengan bahan baku logam.

Benda-benda logam pada masa perundagian

1. Nekara, merupakan benda perunggu yang mirip dengan gendering yang berfungsi sebagai alat keagamaan. Alat ini digunakan untuk upacara perkawinan, kematian, minta hujan dll
2. Kapak corong, adalah kapak yang terbuat dari perunggu yang bagian atasnya berbentuk corong
3. Bejana perunggu, merupakan benda yang berbentuk bulat panjang yang dibuat dari dua lempengan perunggu yang cembung. Fungsi dari benda ini tidak diketahui secara pasti
4. Patung-patung perunggu, patung ini memiliki bentuk yang bermacam-macam dan dalam berbagai bentuk ukuran. Patung tersebut menggambarkan berbagai kegiatan manusia saat itu.
5. Alat-alat dari besi, benda-benda besi dapat digolongkan sebagai alat keperluan sehari-hari dan senjata, tetapi benda besi sering ditemukan sebagai bekal kubur.

Candrasa
Kapak Corong

Nekara

Teknik yang digunakan pada masa perudagian

1. Bivalve, yaitu dengan cetakan batu yang dapat digunakan berulang-ulang. Cetakan ini terdiri dari dua bagian yang tengahnya membentuk rongga untuk dituangi cairan logam, setelah kering dibuka jadilah benda yang diinginkan.

2. Acire Perdue, yaitu membuat model dari lilin kemudian dibungkus tangah liat dan dituangkan cairan logam sehingga lilin mencair, setelah kering tanah liat dipecah, jadilah benda yang diinginkan.

Bivalve
Acire Perdue

Disusun Oleh  :

1. Anindita Fadia A (06)
2. Bulqissawa Biaz L (09)
3. Irish Vania S G (18)
4. Pertiwi Oktavia S (22)
5. Sekar Milagusta (25)
6. Widyasari Pangesti (29)

Sejarah Peminatan : Masa Berburu Dan Meramu Tingkat Lanjut


Kehidupan Berburu dan meramu tingkat lanjut merupakan perkembangan kehidupan lebih lanjuut dari berburu dan meramu tingkat awal. Pada masa ini kehidupan manusia pra aksara sudah lebih maju. Manusia pada masa ini mulai menemukan kebudayaan-kebudayaan baru.

Ciri-ciri kehidupan mesyarakatnya setingkat lebih tinggi dibandingkan dengan masa sebelumnya terutama dalam hal manusia pendukung, tehnik pembuatan alat, tempat tinggal, ataupun kesenian dan kepercayaan.

Ciri-ciri masyarakat berburu dapat diutarakan dibawah.

Pada masa berburu meramu tingkat lanjut masyarakat pra-aksara memasuki masa holosen. Dimana manusia pendukungnya adalah ras mongoloid dan austromelanosoid, dengan ciri-ciri antara lain, tubuh kecil, muka lebardan datar, tengkorak bundar, hidung besar ( mongoloid) dan tubuh agak besar, tengkorak kecil,,muka sedang, hidung lebar, bagian rahang ke depan, dan alat pengunyahnya kuat (austro). Kedua ras tersebut di wilayah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi.

Kehidupan ekonomi pada masa berburu tingkat lanjut sudah mengalami perkembangan, meskipun kebutuhannya masih bergantung pada alam. Berikut beberapa ciri kehidupan ekonomi pada masa ini :

a. Cara memperoleh makanan masih bersifat food gathering.
b. Kehidupan berburu dan meramu seiring dengan kemajuan dalam pembuatan alat berburu.
c. Selain berburu hewan di dekat mereka, mereka juga makan hewan laut (misalnya kerang yang kulitnya menjadi kjokkenmoddinger)
d. Mulai melakukan kegiatan bercocok tanam sederhana dengan berpindah-pindah sesuai kesuburan tanah.
e. Pada masa ini belum mengenal perdagangan barter karena makanan yang mereka peroleh hanya sekedar untuk mempertahankan hidup saja.

Kehidupan sosial manusia purba pada masa ini dapat diuraikan sebagai berikut :

v Manusia pada masa ini sudah mulai hidup secara semi-sedenter dengan tinggal (menetap) di gua-gua alam.
v Pembagian tugas antara pria dan wanita sudah berkembang.
v Mulai muncul gua-gua alam yang disebut Abris Sous Roche yang merupakan tempat tinggal sementara.

Abris Sous Roche
Hasil kebudayaan masyarakat pada masa ini sudah menghasilkan berbagai budaya, meskipun belum berkembang pesat. Beberapa contoh kebudayaan yang digunakan dari batu yaitu chopper (kapak perimbas), pebble (kapak sumatra), chopping tool (kapak penetak), anak panah dari tulang (Bone Culture). Selain itu ditemukan beberapa lukisan-lukisan diantaranya :

a. Lukisan pada kapak berupa garis sejajar dan lukisan mata.
b. Lukisan pada dinding gua dengan menggunakan cat merah, putih, dan hitam.
c. Lukisan cap tangan dengan warna merah, sebagai pelindung kekuatan dan penolak roh jahat.

Lukisan Manusia Gua
Adanya kepercayaan masyarakat pada masa ini dapat terlihat dalam upacara-upacara penguburan. Bukti-buktinya ditemukan di Gua Lawa, Sampung, Gua Sodong, dan Bukit Kerang di Sumatera Utara. Selain peralatan dari batu, tulang dan tanduk, pada masa ini dibuat peralatan dari bambu yang diolah menjadi peralatan sehari-hari seperti sudip, keranjang, bahan-bahan anyaman dan peralatan lainya.

Peralatan dari Batu dan Tulang
Oleh :

1. Abraham Gamma P (01)
2. Azzahra N N (07)
3. Bima Aji K (08)
4. Chandraka Rahsa K (10)
5. Hanijaya Intan P (15)
6. Zulifa Khoirul U (31)

Sejarah Peminatan : Masa Bercocok Tanam Tingkat Lanjut Atau Pertanian

Kehidupan manusia pra-aksara merupakan sejarah dan rahasia besar yang terdapat pada kehidupan manusia zaman dahulu. Tidak diketahui pasti bagaimana manusia pra-aksara zaman dahulu dapat bertahan hidup dikala bumi yang kondisinya belum stabil
, namun para ilmuan dan sejarawan dewasa ini mulai menemukan berbagai macam sumber – sumber dan bukti sejarah yang dapat menjadi petunjuk bagaimana manusia zaman dahulu dapat bertahan hidup.

Manusia pra-aksara pada mulanya tidak mengenal hal-hal keterkaitan mengenai kepercayaan, kehidupan yang tetap, dan kesehatan. Masa ini dikenal dengan bercocok tanam tingkat awal/meramu, pada zaman ini hidup manusia purba hanya ditujukan untuk makan dan bagaimana mereka dapat bertahan hidup di alam yang sangat liar dan buas. Zaman ini berlangsung lebih kurang pada zaman Paleolithikum – Mesolithikum awal.

Pada kelanjutannya manusia pada masa Mesolithikum mulai bercocok tanam dengan cara berhuma atau membuka lahan dengan cara membakar dan menanam tanaman.

Namun , pada masa bercocok tanam tingkat lanjut manusia pra-aksara mengalami perubahan-perubahan yang sangat mendasar yakni manusia masa ini sudah berubah dari sebelumnya yang berburu (food gathering) sudah mulai bertani dan berternak untuk mendapat makanannya (food producing), selanjutnya manusia pada masa ini peneliti mengatakan bahwa hidupnya sudah menetap (sedenter) dari yang sebelumnya berpindah-pindah (nomaden).

Peneliti lainnya mengungkapkan pendapatnya bahwasanya manusia pada zaman ini hidupnya masih berpindah-pindah walaupun tidak seperti masa bercocok tanam tingkat awal atau yang dikenal dengan (semi-sedenter). Peneliti juga mengutarakan bahwa manusia pada Masa Bercocok Tanam tingkat lanjut ini berlangsung lebih kurang pada zaman Mesolithikum Tengah hingga Neolithikum Awal.

Manusia yang mendukung masa Bercocok Tanam tingkat lanjut ini adalah Homo Sapiens dari rumpun Proto Melayu yang bermigrasi ke Indonesia. Pada masa ini karena manusia pra-aksara belum mengenal sistem irigasi, sehingga mereka menggunakan sistem ladang berpindah bila tanah yang ditanami sudah tidak subur lagi. Hal ini masih dipertahankan dan terus dilakukan menjadi budaya di daerah Sumatera, Kalimantan, dan Papua.

Pada masa ini manusia juga sudah hidup berkelompok dalam suatu lingkup seperti desa. Di desa mereka sudah diterapkan aturan-aturan untuk menegakkan keadilan dalam masyarakat. Kegotong royongan juga sudah diterapkan pada masa ini, contohnya seperti membuat rumah bersama, dan membuat alat-alat dari tanah liat. Pertanggung jawaban dari adanya aturan yang ditetapkan adalah mereka juga sudah mulai memilih seorang pemimpin yang dikira memiliki suatu kelebihan dan keunggulan. Sistem pemilihan ini disebut dengan “Primus Interpares” yang dimana pemimpin itu memiliki fisik yang kuat, berwibawa, dan mampu memecahkan masalah.

Alat-alat yang digunakan pada masa ini sudah dari batu batu yang diasah hingga halus contohnya seperti : beliung persegi, belincung, dan kapak. Meski demikian mereka juga mulai bisa menganyam tembikar dan membuat alat sederhana dari tanah liat/gerabah.

Di akhir masa Bercocok Tanam tingkat lanjut, sistem kepercayaan manusia pra-aksara sudah mengenal tradisi penguburan meskipun belum sempurna seperti zaman Megalithikum. Manusia masa ini sudah mulai dan baru menganggap pasti ada kekuatan ghaib yang kuat pada roh-roh manusia yang meninggal.

Penyusun : 

Agustin Wahyu Lestari (04)
Angga Budhi K (05)
Dea Novianingrum (11)
Enggar Puspitarini (12)
Muhammad Ezar A (19)
Satryo Sasono (24)

Sejarah Peminatan : Jenis Jenis Manusia Purba Di Kawasan Asia

I. Latar Belakang

Penyelidikan manusia purba di kawasan asia dipelopori oleh Davidson Black, yakni seorang guru besar anatomi yang berkebangsaan Kanada. Penelitian davidson tertuju pada sebuah gua besar di bukit kapur tepatnya di daerah Choukoutien (40 km dari Peking), Beijing.

Davidson mulai untuk melakukan penelitiannya pada tahun 1927, dimana dalam penelitiannya Davidson menemukan fragmen fosil yang dicarinya. Dimana dalam penelitiannya Davidson didanai oleh Yayasan Rockfeller. Fragmen fosil yang ditemukan oleh Davidson Black kemudian diberi nama Homo Pekinensis yang secara harfiah berarti manusia dari Peking (daerah penemuannya). Fosil Homo Pekinensis juga biasa disebut dengan “Sinanthropus Pekinensis”. Penelitian Davidson dilanjutkan oleh “Franz Weidenreich” setelah sepeninggalnya pada tahun 1933. Franz merupakan seorang peneliti dari Universitas Yale (Amerika Serikat), Franz juga tertarik untuk melakukan penelitian di kawasan Asia layaknya Davidson.

Namun pada tahun 1930 tepatnya di bukit Siwalik (wilayah Pakistan) Franz menemukan sebuah fosil yang bentuknya mengarah pada bentuk manusia. Sehingga ia menamai Fosil yang ditemukannya dengan “Ramapithecus Brevirostris” yang secara harfiah monyet Roma yang bermuka pendek.

Asia merupakan daerah yang banyak ditemukan Manusia Purba yang dikarenakan daerahnya yang subur. Terbukti dengan banyaknya peneliti dari luar yang menemukan dan meneliti banyak manusia purba yang ditemukannya. Hal ini dapat merubah alur sejarah dengan terus berkembanganya penelitian dan penemuan-penemuan manusia purba yang ada di Asia.

II. Manusia Purba di Asia

A. Sinanthropus Pekinensis

Manusia purba jenis ini hidup bersamaan dengan manusia purba yang ada di Indonesia yakni Pithecanthropus. Dikarenakan hidup bersamaan dengan Pithecanthropus sehingga manusia purba Sinanthropus Pekinensis sudah mengenal api layaknya Manusia Pithecnthropus.

Ciri – ciri :

· Kapasitas tulang tengkorak sekitar 1000 cm3.
· Memiliki tengkorak yang pipih pada wajah.
· Memiliki dahi kecil
· Sebuah lunas dekat atas kepala sebagai pelengkap otot
· Tinggi badan sekita 165 – 180 cm
· Bagian belakang tampak menonjol
· Langit – langit mulut besar
· Gigi Modern (taring dan gigi besar)

A. Shanidar Fosil


Manusia purba jenis ini ditemukan ditemukan sesuai dengan namanya yakni di Gua Shanidar yang merupakan sebuah situs Arkeologi yang berada di Gunung Bradost, Zagros Gunung di Arbil Governorate Wilayah Kurdistan, Negara Irak. Situs ini terletak di Lembah Besar Zab.

Manusia Shanidar Fosil ditemukan dan diteliti oleh Ralph Solecki dari Universitas Columbia yang hidup kurang lebih 60 – 80.000 tahun.

B. Manusia Neandertal

Ditemukan oleh Rudolf Virchow dan Dr. Fulfrott di lembah sungai Neander tahun 1956. Manusia purba ini tersebar di Asia Barat, Tengah dan Eropa.

Ciri – Ciri :

· Dahi Rendah dengan oksipital sanggul memproyaksikan pertengahan muka.
· Manusia ini relatif pendek, tulang belikat membungkuk
· Pembesaran tulang rusuk, dengan berdada tegap.

Penyusun :

· Abraham Gamma
· Ademila Almi
· Agas Prayustisio Aji
· Bulqissawa Bias
· Enggar Puspitarini
· Hanijaya Intan
· None Akhsa
· Rizky Murdiana
· Satryo Sasono
· Shofin Iffat